
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 mengalami inflasi sebesar 1,65% secara bulanan (month-to-month/mtm). Dengan perkembangan ini, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,03% (year-on-year/yoy).
Kenaikan inflasi bulanan yang signifikan ini terutama dipicu oleh lonjakan pada kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) sebesar 6,53% (mtm). Penyumbang utamanya adalah tarif listrik, seiring berakhirnya kebijakan diskon 50% untuk pelanggan rumah tangga hingga 2.200 VA.
Selain itu, kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) juga mencatat inflasi 1,96% (mtm), berbalik dari deflasi bulan sebelumnya. Kenaikan harga bawang merah dan cabai rawit akibat gangguan cuaca, serta naiknya harga daging ayam ras karena permintaan Idulfitri, menjadi pendorong utama.
Sementara itu, inflasi inti pada Maret 2025 terpantau relatif stabil di 0,24% (mtm), atau secara tahunan tercatat 2,48% (yoy). Kenaikan harga emas perhiasan dan permintaan selama periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri menjadi faktor pengaruh utama.
Menanggapi data ini, Bank Indonesia menyatakan akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat sinergi pengendalian inflasi bersama pemerintah pusat dan daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPIP/TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1%.
Sumber: IHK Maret 2025 Mencatat Inflasi, dengan perubahan seperlunya.