
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG anjlok lebih dari 7% pada 18 Maret 2025 lalu. Penurunan drastis ini menjadi sinyal kuat bahwa kondisi pasar saham Indonesia sedang berada dalam tekanan besar. Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt, kebijakan yang sebelumnya juga pernah terjadi saat pandemi Covid-19 pada 2020.
Apa yang sebenarnya menjadi penyebab IHSG anjlok dan bagaimana strategi yang tepat bagi investor untuk menyikapinya? Berikut ulasannya.
Apa Penyebab IHSG Anjlok?
Sebagai investor, memahami penyebab penurunan IHSG sangat penting agar tidak mengambil keputusan investasi secara emosional. Berikut beberapa faktor utama yang memicu koreksi pasar ini:
1. Isu Mundurnya Sri Mulyani
Kabar bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mundur sempat membuat pelaku pasar panik. Meski isu ini telah dibantah langsung oleh Sri Mulyani, gejolak sementara yang ditimbulkan cukup berdampak pada pergerakan IHSG.
2. Memanasnya Perang Dagang AS-Tiongkok
Konflik dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas. Ketidakpastian global ini mendorong investor asing menarik dana dari pasar saham Indonesia dan beralih ke aset yang dianggap lebih aman.
3. Penurunan Ekonomi Domestik
Tren pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melemahnya daya beli menjadi sinyal perlambatan ekonomi nasional. Faktor seperti proyek Danantara juga ikut memengaruhi sentimen pasar domestik.
4. Turunnya Harga Komoditas Global
Penurunan harga komoditas andalan Indonesia seperti batu bara, nikel, dan minyak sawit ikut menyeret kinerja saham-saham sektor tambang, yang menjadi penopang utama IHSG.
Strategi Investasi Saat IHSG Anjlok: Cut Loss atau Entry?
Penurunan IHSG bukan hanya ancaman, tapi juga bisa menjadi peluang. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan saat IHSG mengalami koreksi besar:
1. Fokus ke Saham Fundamental Kuat
Saham-saham dalam indeks LQ45 seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI biasanya punya daya tahan tinggi dan cenderung cepat rebound setelah koreksi pasar. Ini bisa menjadi opsi menarik bagi investor jangka panjang.
2. Tetap Tenang dan Tidak Panik
Investor jangka panjang disarankan untuk tidak terburu-buru cut loss. Fluktuasi harga saham adalah hal wajar. Fokuslah pada tujuan investasi jangka panjang dan hindari keputusan emosional.
3. Cari Peluang dari Saham Kecil-Menengah
Saham second liner dan third liner berpotensi memberikan keuntungan besar jika dipilih dengan tepat. Namun, pastikan untuk melakukan riset mendalam sebelum membeli saham kapitalisasi kecil-menengah.
4. Diversifikasi Portofolio
Saat IHSG anjlok, penting untuk tidak hanya bergantung pada saham. Diversifikasikan portofolio kamu ke reksa dana, obligasi, atau instrumen lain yang lebih stabil. Di aplikasi Ajaib, kamu bisa melakukan diversifikasi portofolio dengan mudah hanya dalam beberapa klik.
Kesimpulan
IHSG anjlok lebih dari 7% memang bukan kabar baik, tapi bukan berarti kamu harus panik. Dengan strategi investasi yang tepat, penurunan pasar bisa menjadi momentum untuk membeli saham unggulan di harga diskon. Tetap rasional, analitis, dan jangan lupa untuk memanfaatkan fitur-fitur di aplikasi investasi seperti Ajaib yang bisa membantumu mengelola portofolio dan mengurangi risiko secara optimal.
Mulai Investasi di Ajaib Sekarang!
Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi bukan? Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan tepercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.
Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksa dana, kripto, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!