Berita

Deflasi Februari 2025: Fenomena Langka 25 Tahun Terulang

Harga Sembako Turun, Deflasi 0,02% di Februari

Awal Ramadan 2025 di Indonesia ditandai dengan deflasi yang mengejutkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Februari 2025 sebesar 0,48% secara bulanan (mtm) dan 0,09% secara tahunan (yoy). Fenomena ini tergolong langka, terutama terjadi sebelum bulan Ramadan, di mana biasanya terjadi peningkatan permintaan dan inflasi.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa deflasi ini terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik, serta penurunan harga komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan telur ayam ras. Diskon tarif listrik memberikan andil deflasi yang signifikan, yaitu 0,67%, mengingat bobot listrik yang besar dalam perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Deflasi tahunan ini merupakan kejadian langka, hanya terjadi dua kali sejak krisis 1997/1998, yaitu pada Maret 2000 dan Februari 2025. Deflasi Maret 2000 terjadi setelah inflasi yang sangat tinggi pada tahun sebelumnya, sementara deflasi Februari 2025 terjadi di tengah laju inflasi yang relatif rendah.

Meskipun deflasi disebabkan oleh diskon tarif listrik, fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai potensi melemahnya konsumsi masyarakat. Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan optimisme, namun adanya penutupan pabrik dan PHK massal seperti yang terjadi di PT Sritex dan PT Sanken Indonesia menjadi perhatian.

Di sisi lain, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan ekspansi, mencapai 53,6 pada Februari 2025, tertinggi dalam 11 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas manufaktur menjelang Ramadan. Namun, kontradiksi dengan penutupan pabrik menunjukkan kondisi ekonomi yang kompleks.

Sumber: RI Alami Deflasi Lagi Setelah 25 Tahun, Tanda Bahaya Sudah Menyala?, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait