

Ajaib.co.id – Saham FMCG termasuk salah satu kategori favorit investor Indonesia. Emiten consumer goods seperti Unilever (UNVR) dan Mayora (MYOR) terkenal andal dalam menghasilkan laba dan membagikan dividen tiap tahun. Satu lagi saham FMCG terdaftar di Bursa Efek Indonesia baru-baru ini, yakni PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS). Berikut ini ulasan tentang latar belakang fundamental dan prospek saham TAYS.
Profil Emiten Saham TAYS
Berdiri sejak tahun 1998, PT Jaya Swarasa Agung bergerak dalam bidang industri dan perdagangan makanan ringan. Perusahaan memiliki 90 SKU aktif, antara lain merek keripik kentang TRICKS, Nitchi Wafer Sticks, dan wafer rol Wasuka. Distribusi produk mencakup dalam negeri dan ekspor, mulai dari Asia, Australia, hingga Amerika.
Kegiatan usaha utama perusahaan terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Bidang Industri Produk Biskuit dan produk roti kering lainnya, seperti cookies, cracker, dan kue kering dengan rasa manis, asin ataupun gurih.
- Bidang Industri Makanan dari Cokelat, seperti cokelat dan gula-gula dari cokelat dan pembuatan segala macam caramel, cachous, nougat, fondant, dan cokelat putih.
- Bidang Perdagangan Besar Makanan Ringan, seperti biskuit, confectionary, wafer sticks, dan extruded snack.
PT Jaya Swarasa Agung melaksanakan penawaran perdana di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 6 Desember 2021 dengan kode saham TAYS. Harga penawaran perdana senilai Rp360 per lembar.
Harga saham TAYS merosot beruntun sejak hari pertama IPO. Sempat berupaya meningkat pada awal tahun 2022, tetapi masih tertahan pada kisaran Rp220-an saat artikel ini ditulis (26 Januari 2022). TAYS memiliki market cap sebesar Rp248,36 miliar.
Komposisi kepemilikan saham TAYS didominasi oleh pengusaha Anwar Tay (50,92%). Sedangkan pemilik saham lainnya masing-masing Alexander Anwar (7,26%), Lidya Anwar (7,26%), Andrew Sanusi (5,45%), Susanto (5,43%), Harno Hasjim (1,81%), dan masyarakat (21,87%).
Kinerja Laporan Keuangan Terakhir
Laporan keuangan TAYS yang telah diaudit menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba pada periode 31 Maret 2021. Namun, perolehan penjualan dan laba pada tahun-tahun sebelumnya cenderung fluktuatif. Berikut ini rangkuman kinerja laba dan komponen laporan keuangan utama lainnya selama 2018-2020 dan kuartal I/2021 (dalam miliar rupiah):
I/2021 | IV/2020 | IV/2019 | IV/2018 | |
Total Aset | 275,13 | 282,08 | 237,79 | 208,91 |
Total Liabilitas | 246,41 | 256,85 | 212,21 | 182,23 |
Total Ekuitas | 28,72 | 25,23 | 25,59 | 26,68 |
Penjualan Neto | 77,10 | 308,23 | 296,38 | 178,45 |
Beban Pokok | -57,69 | -232,59 | -237,38 | -143,49 |
Laba Bruto | 19,42 | 75,64 | 58,99 | 34,96 |
Laba/Rugi Periode Berjalan | 1,46 | 3,14 | -0,82 | 1,34 |
PT Jaya Swarasa Agung membukukan laba pada akhir tahun 2018 dan 2020. Namun, perusahaan merugi pada tahun 2019 meski penjualannya meningkat. Terlihat jelas bahwa selisih antara penjualan dan beban pokok cenderung tipis, sehingga pendapatan lebih rentan tergerus oleh peningkatan beban.
Dari laporan keuangan yang sama, kita juga dapat pula menyimpulkan lima rasio utama yang disetahunkan sebagai berikut:
- Net Profit Margin (NPM): 1,90%
- Return on Equity (ROE): 20,36%
- Return on Asset (ROA): 2,12%
- Debt Equity Ratio (DER): 857,72%
- Current Ratio: 81,25%
Angka NPM membuktikan betapa minimnya profitabilitas perusahaan. Di sisi lain, rasio utang justru sangat tinggi (di atas 100%) dan rasio lancar tergolong riskan (di bawah 100%).
Prospek Bisnis Snack dan Wafer TAYS
Keunggulan produk-produk FMCG adalah permintaannya yang tergolong stabil dari waktu ke waktu. Hanya saja, perusahaan mengemban tugas yang berat untuk terus menggencarkan marketing, memperluas jaringan distribusi, dan meningkatkan brand recognition di mata konsumen potensial.
Dalam hal ini, TAYS telah memiliki jaringan distribusi yang cukup luas di dalam dan luar negeri. Oleh karenanya, langkah berikutnya adalah meningkatkan kapasitas produksi dan output.
Rencana alokasi dana hasil IPO TAYS menggambarkan sejumlah upaya tersebut, yaitu:
- Sekitar 90,19% dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal Perseroan. Rinciannya: Sekitar 52,65% untuk pembangunan pabrik baru bagi kategori produk biskuit (BSC) yang berlokasi di Sumedang di atas tanah milik Perseroan, sedangkan sekitar 37,54% untuk pembelian dan instalasi mesin-mesin produksi Perseroan dari pihak ketiga.
- Sekitar 9,81% (sembilan koma delapan satu persen) akan digunakan untuk keperluan modal kerja seperti pembelian bahan baku produksi.
TAYS menargetkan pendapatan Rp338 miliar per akhir tahun 2021, dengan margin laba bersih di atas 6%. Apabila terwujud, berarti terjadi kenaikan 10% dibanding realisasi pendapatan 2020.
TAYS optimistis pendapatan akan tumbuh lagi sekitar 40% pada tahun 2022. Faktor pendukung antara lain tertanggulanginya pandemi COVID-19, penambahan kapasitas produksi, dan peluncuran produk-produk baru. Perusahaan pada awal tahun 2022 juga meluncurkan kemasan baru produk TRICKS yang menampilkan ilustrasi wajah Kaesang Pangarep sebagai brand ambassador.
Kesimpulan tentang Saham TAYS
Apabila kamu berminat untuk mengoleksi saham TAYS, berikut ini beberapa hal yang perlu kamu ketahui:
- PT Jaya Swarasa Agung Tbk memiliki model bisnis yang mudah dipahami, produk yang jelas, dan jaringan distribusi yang memadai.
- Saham TAYS tergolong small-cap, karena kapitalisasi pasarnya di bawah Rp1 triliun. Hal ini berarti likuiditas saham sangat terbatas.
- Perusahaan belum mampu menghasilkan laba secara konsisten.
- Marjin laba perusahaan saat ini masih tergolong kecil.
- Perusahaan memiliki rasio utang yang besar.
- Perusahaan punya rencana ekspansi yang cukup rasional, realistis, dan prospektif.
Singkatnya, saham TAYS saat ini masih dalam pengembangan dan belum cocok untuk investasi jangka panjang. Kelak kamu mungkin dapat memetik keuntungan singkat dari trading pada momen yang tepat, tetapi kinerja perusahaan kini belum cukup mapan untuk program nabung saham ataupun value investing. Perusahaan juga belum terbukti mampu membagikan dividen.
Jika kamu ingin berinvestasi long-term pada saham FMCG, ada banyak emiten lain yang memiliki fundamental dan rekam jejak lebih baik. Misalnya produsen jamu Sido Muncul (SIDO) atau juragan mie instan Indofood (ICBP dan INDF).
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.