Memiliki aset berupa rumah menjadi salah satu tujuan finansial penting bagi banyak orang, termasuk di Indonesia. Rumah bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga merupakan bentuk investasi jangka panjang yang dapat memberikan keamanan dan stabilitas di masa depan. Di tengah harga properti yang terus meningkat, rumah semakin dianggap sebagai aset berharga yang memiliki nilai ekonomi yang terus tumbuh. Bagi generasi muda, memiliki rumah bisa menjadi langkah pertama dalam membangun kekayaan dan kestabilan finansial.
Namun, tren beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa anak muda Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai tujuan memiliki rumah. Faktor utama yang menyebabkan kesulitan ini adalah kenaikan harga properti yang jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pendapatan. Hal ini membuat banyak generasi muda merasa kesulitan untuk mengumpulkan uang muka atau memenuhi syarat kredit pemilikan rumah (KPR), terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, di mana harga rumah terus meroket.
Tantangan lain yang dihadapi generasi muda adalah pola pikir yang berbeda terhadap kepemilikan aset. Banyak anak muda saat ini lebih memilih untuk menyewa daripada membeli rumah karena gaya hidup yang lebih fleksibel dan mobile. Ditambah lagi, beban hutang dari pendidikan dan kebutuhan hidup lainnya sering kali membuat anak muda memprioritaskan hal-hal lain dibandingkan menabung untuk rumah. Akibatnya, impian memiliki rumah sering kali tertunda atau bahkan dianggap mustahil bagi sebagian orang.
Di sisi lain, pemerintah dan sektor keuangan telah berupaya menawarkan berbagai solusi untuk membantu generasi muda memiliki rumah, seperti program subsidi KPR dan pengembangan perumahan dengan harga terjangkau. Meski demikian, solusi tersebut belum sepenuhnya dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh anak muda Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman akan pentingnya perencanaan keuangan sejak dini dan strategi investasi yang tepat menjadi kunci bagi generasi muda agar dapat meraih impian memiliki aset rumah di masa depan.
Alasan Anak Muda Susah Beli Rumah
Berikut adalah beberapa alasan mengapa anak muda di Indonesia kesulitan membeli rumah, beserta sumbernya:
1. Kenaikan Harga Properti yang Tidak Seimbang dengan Pendapatan
Harga properti di Indonesia meningkat rata-rata 5-7% per tahun, sementara pertumbuhan upah hanya sekitar 3-4% per tahun, menyebabkan daya beli anak muda tidak sebanding dengan harga rumah.
2. Tingginya Uang Muka dan Syarat KPR
Banyak anak muda kesulitan untuk mengumpulkan uang muka, yang biasanya berkisar 15-20% dari harga rumah, serta memenuhi syarat kredit pemilikan rumah (KPR).
Baca Juga: Beli Rumah Cash atau KPR: Keuntungan dan Kerugian
3. Beban Hutang Pendidikan
Hutang pendidikan yang tinggi juga menjadi salah satu faktor yang mempersulit anak muda untuk menabung dan memprioritaskan pembelian rumah.
4. Gaya Hidup yang Lebih Fleksibel
Anak muda saat ini cenderung memilih menyewa rumah atau apartemen karena lebih sesuai dengan gaya hidup mobile dan fleksibel, sehingga kepemilikan rumah sering kali tertunda.
Solusi Yang Bisa Dilakukan
Menghadapi tantangan yang dialami generasi muda dalam membeli rumah, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan program subsidi perumahan yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang bertujuan membantu masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk anak muda, untuk membeli rumah pertama mereka. Dengan memanfaatkan program ini, beban uang muka dan cicilan rumah bisa lebih ringan, sehingga kepemilikan rumah menjadi lebih terjangkau.
Baca Juga: Wajib Tahu! Begini Cara Beli Rumah di Usia Muda
Selain program subsidi, anak muda juga bisa memperkuat literasi keuangan dan perencanaan jangka panjang. Menabung secara disiplin untuk uang muka melalui produk keuangan yang tepat seperti tabungan berjangka atau investasi rendah risiko bisa menjadi solusi efektif. Perencanaan keuangan sejak dini, termasuk menghitung pengeluaran dan pendapatan secara cermat, akan membantu mereka lebih cepat memenuhi syarat untuk mendapatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan mempersiapkan diri secara finansial untuk memiliki rumah.
Mengadopsi gaya hidup yang lebih hemat dan minimalis juga dapat membantu anak muda menabung lebih banyak untuk membeli rumah. Mengurangi pengeluaran konsumtif, seperti belanja barang-barang tidak esensial, atau menunda liburan mewah, dapat memberikan ruang lebih besar dalam anggaran untuk dialokasikan ke tabungan rumah. Selain itu, memilih hunian dengan harga terjangkau di kawasan pinggiran kota juga bisa menjadi alternatif bagi mereka yang tidak mampu membeli rumah di pusat kota.
Di sisi lain, inovasi dalam pembiayaan properti juga perlu terus dikembangkan oleh sektor perbankan dan fintech. Opsi pembiayaan kreatif, seperti KPR dengan tenor lebih panjang atau cicilan yang lebih fleksibel, bisa membantu anak muda yang memiliki penghasilan terbatas untuk tetap bisa membeli rumah. Selain itu, adanya platform digital yang mempermudah proses pengajuan KPR dan pencarian properti dapat mempercepat proses kepemilikan rumah bagi generasi muda. Solusi-solusi ini dapat membantu mengatasi hambatan yang dihadapi anak muda dalam membeli rumah, sekaligus memberikan jalan keluar yang lebih terstruktur dan realistis.