Investasi

Mengenal Pendapatan, Jenis-Jenisnya, dan Cara Menghitungnya

pendapatan investasi

Ajaib.co.id – Apa tujuanmu berinvestasi? Tentunya untuk menghasilkan pendapatan tambahan kan? Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau perseorangan sebagai imbalan setelah mereka bekerja, melakukan penjualan produk, menyediakan barang, jasa, atau melalui modal investasi dan digunakan untuk mendanai pengeluaran sehari-hari.

Bagi kebanyakan orang, pendapatan paling sering diterima dalam bentuk upah atau gaji. Sedangkan, dalam bisnis pendapatan merujuk pada sisa pemasukan perusahaan setelah membayar semua biaya dan pajak. Selain menerima pendapatan dari upah bekerja atau berbisnis, kamu juga bisa menghasilkan pendapatan saat melakukan investasi ke dalam aset keuangan seperti saham, obligasi, dan real estate.

“Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

PSAK No.23 paragraf 06 Ikatan Akuntan Indonesia (2010;23.2)

Jenis-Jenis Pendapatan

Ada beberapa jenis pendapatan yang bisa kamu terima. Apa saja itu?

1. Pendapatan Penghasilan

Pendapatan ini adalah jenis paling umum. Di mana, setelah kamu bekerja, kamu akan menerima gaji. Hal ini sama saja seperti kamu menukar waktu dan tenaga dengan uang. Bagi banyak orang yang menghasilkan uang melalui pendapatan yang diperoleh, pendapatan ini hanya cukup untuk menutupi pengeluaran bulanan saja, sehingga hanya menyisakan sedikit atau bahkan tidak ada uang untuk diinvestasikan. Sedangkan, pendapatan penghasil pada perusahaan biasanya didapat dari penjualan barang yang dilakukan perusahaan ke pembeli atau konsumen.

2. Pendapatan Pasif

Pendapatan pasif berasal dari usaha seperti properti yang disewakan, kerjasama dengan perusahaan di mana seseorang tidak terlibat secara aktif. Pendapatan portofolio di atas juga dianggap sebagai pendapatan pasif oleh beberapa analis, sehingga dividen dan bunganya akan dianggap pasif.

3. Pendapatan Royalti

Pendapatan ini merupakan imbalan dari seseorang setelah menggunakan ide, atau karya kamu. Misalnya, jika kamu memiliki sebuah desain yang digunakan oleh perusahaan, maka kamu akan mendapatkan pendapatan royalti untuk mereka.

4. Pendapatan Bunga

Pendapatan Bunga atau Interest Earned merupakan sumber pendapatan yang berasal dari bunga yang telah menjadi hak perusahaan atas jasa-jasanya memberikan pinjaman uang berupa uang kepada pihak lain.

5. Pendapatan Operasional

Pendapatan ini merupakan hasil yang didapat langsung dari kegiatan operasional suatu perusahaan. Pendapatan operasional kembali dibagi 2 (dua) golongan, yakni pendapatan bersih dan pendapatan kotor.

6. Pendapatan Investasi atau Portfolio

Pendapatan investasi adalah pendapatan yang berasal dari keuntungan yang akan kamu dapatkan dari pembayaran bunga, pembayaran dividen, capital gain yang didapatkan ketika menjual aset, dan keuntungan lain yang kamu dapatkan ketika menjual aset.

7. Pendapatan Laba Penjualan Aktiva

Laba penjualan aktiva tetap juga bisa menjadi salah satu sumber dana. Mosalnya, aktiva tetap perusahaan berupa 1 unit gudang dibuat pada tahun 2015 dengan modal awal sebesar Rp200 juta. Sedangkan, ketika dijual pada tahun 2022, laku seharga Rp400 juta. Sehingga, terdapat laba 200 juta sebagai pendapatan lain-lain.

Bunga yang kamu dapatkan dari deposito atau tabungan di bank, pembayaran dividen yang kamu terima dari kepemilikan reksa dana, atau keuntungan dari penjualan emas yang harga jualnya lebih tinggi dari harga beli, keseluruhannya dapat termasuk sebagai pendapatan investasi.

Dengan kata lain, pendapatan investasi adalah berbagai bentuk keuntungan yang kamu terima dari produk investasi serta segala pendapatan yang kamu dapatkan dari usaha sampingan, di luar gaji yang kamu terima dari pekerjaanmu.

Tentu saja, setiap investor berinvestasi untuk mendapatkan keuntungan dan mendapat penghasilan pasif. Oleh karena itu, seorang investor harus bisa menghitung sendiri pendapatan investasinya dengan benar.

Jangan lupa juga, investor yang baik selalu memiliki tujuan investasi yang jelas dan rinci. Nah, kemampuan menghitung keuntungan dari investasi juga dapat membantumu mencapai tujuan investasi sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan.

Konsep Pendapatan

Dalam penerapannya, ada beberapa yang menjadi konsep dari pendapatan, diantara sebagai berikut:

1. Konsep Inflow of Net Asset

Konsep ini memusatkan pada arus kas masuk perusahaan atau dikenal dengan inflow. Dengan konsep ini akan mempengaruhi aktiva tepatnya Asset (aktiva tetap) akan bertambah dan hutang perusahaan akan berkurang.

2. Konsep Outflow of Good Service

Konsep ini dipusatkan dengan kas keluar dengan terjualnya barang atau jasa sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep pendapatan ini juga dapat difungsikan untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

Pengukuran Pendapatan

Ada dua hal yang perlu diperhatikan ketuka suatu pendapatan diakui yaitu pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai pendapatan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan mengenai pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang isinya adalah:

“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima, jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, dapat diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.

Cara Menghitung Pendapatan Investasi

Terdapat beberapa metode dalam menghitung pendapatan investasi, di antaranya adalah Total Return (TR), Compound Return (CR), Annualized Return (AR), Arithmetic Mean Return (AMR), dan Geometric Mean Return (GMR).

Supaya memahami lebih dalam dan dapat menentukan metode perhitungan mana yang paling tepat dan sesuai dengan portofolio investasimu, sebaiknya kita bahas masing-masing metode tersebut.

1. Total Return (TR)

Total Return adalah perhitungan keuntungan atau kerugian investasi selama kurun waktu tertentu. Terdapat dua tahapan dalam menghitung pendapatan investasi menggunakan Total Return. 

Tahap pertama, kamu harus menentukan total dana yang kamu terima selama kamu berinvestasi, termasuk juga perubahan nilai investasi, lalu bandingkan hasil tersebut dengan dana yang kamu keluarkan pada awal investasi atau disebut juga modal investasi.

Dana yang kamu terima ini bisa dari capital gain atau bisa juga dari pembagian dividen dari perusahaan.

Banyak yang menganggap metode TR ini sebagai metode yang paling mudah dihitung dan yang cenderung paling digemari investor karena menggambarkan tingkat imbal balik historis jangka panjang.

Simulasi perhitungannya, misalnya, Roni membeli investasi saham dengan harga Rp10.000, kemudian di tahun berikutnya harganya naik menjadi Rp15.000 sehingga Roni memutuskan untuk jual. Selama setahun tersebut juga Roni telah menikmati keuntungan dari perusahaan yang membayar dividen sebesar Rp1.000.

Jadi, perhitungan imbal balik/return secara keseluruhannya adalah Rp15.000 – Rp10.000 + Rp1.000 = Rp6.000. Kemudian modal awal Roni membeli saham, yakni Rp10.000 dibagi dengan hasil tadi dan dikalikan 100 sehingga dapat dikatakan keuntungan Roni berinvestasi dalam saham tersebut adalah sebesar 60 persen.

2. Annualized Return (AR)

Metode Annualized Return juga disebut rata-rata return disetahunkan. Perhitungan rata-rata return yang disetahunkan ini biasanya menggunakan perhitungan geometris. Selain itu, dalam melakukan perhitungan ini wajib menggunakan faktor bunga berbunga (compound return).

Dalam menghitung rata-rata return yang disetahunkan ini, penting untuk diingat bahwa periode datanya harus tersedia minimal satu tahun. Kita bisa saja membuat rata-rata return setahun untuk data 10 tahun, tapi tidak bisa jika data yang tersedia hanya hingga 10 bulan.

3. Compound Return (CR)

Sementara itu, compounding return adalah pendapatan investasi kamu ketika imbal hasil yang kamu dapat tidak ditarik tapi diinvestasikan lagi ke modal awal. Jadi, di tahun berikutnya, nominal return yang kamu dapatkan bisa lebih besar.

Contohnya, kamu menginvestasikan uang Rp10 juta ke saham yang memberikan keuntungan 20 persen dalam setahun. Di akhir tahun pertama, kamu mendapatkan profit sebesar Rp20 juta dan menginvestasikannya kembali, sehingga modal investasi kamu sekarang Rp120 juta.

Di tahun kedua, kamu investasikan lagi Rp120 juta yang kamu punya dengan return yang sama seperti tahun sebelumnya, 20 persen dalam setahun. Di akhir tahun kedua, kamu sudah mendapatkan Rp144 juta, dengan imbal hasil sebesar Rp24 juta.

Dengan pola yang sama, di akhir tahun ketiga kamu akan memiliki Rp172,8 juta dengan imbal hasil sebesar Rp28.8 juta dan di tahun keempat jumlahnya menjadi Rp207,3 juta dengan imbal hasil sebesar Rp34,5 juta.

Sudah paham pola dari the power of compounding terhadap penghasilan investasimu? Jika sudah, mari ilustrasikan hal yang sama untuk investasi dengan rentang waktu 30 tahun.

Uang Rp100 juta yang kamu jadikan modal awal berinvestasi di saham dengan annual return 20 persen akan bekerja sendiri dan bertumbuh menjadi Rp23,7 miliar di akhir tahun ke 30!

4. Arithmetic Mean Return (AMR)

Metode selanjutnya adalah untuk menghitung rata-rata return per tahun atau AR. Salah satu cara untuk mendapatkan Annualized Return adalah dengan menghitung dengan formula Arithmatic Mean Return (AMR), disebut juga Rata-rata Return Aritmatik atau Rata-rata Return Biasa. Menggunakan AMR, AR dihitung dengan cara yang cukup sederhana, yakni membagi return dengan jumlah tahunnya.

Contohnya, jika terdapat data sebagai berikut:

  • Return tahun 2015 = 20%
  • Return tahun 2016 = 25%
  • Return tahun 2017 = 15%
  • Return 2014 – 2017 = 72.5%

Maka, Annualized Return yang dihitung dengan metode AMR adalah:

20% + 25% + 15% = 60% 

lalu karena jumlah tersebut adalah akumulasi dari return 3 tahun maka hasilnya dibagi 3, sehingga muncul angka 20% per tahun.

Kelemahan dari metode AMR adalah nilai rata-rata pendapatan yang muncul seringkali bias, terutama jika imbal hasil selama berinvestasi berfluktuasi secara signifikan.

5. Geometric Mean Return (GMR)

Nah, metode Geometric Mean Return (GMR) ini seringkali dianggap lebih akurat dibandingkan AMR. Metode GMR dianggap lebih bisa menggambarkan dengan lebih akurat nilai rata-rata tahunan yang sebenarnya, didapat dari distribusi return selama suatu periode tertentu.

Hasil perhitungan menggunakan GMR biasanya lebih kecil dari hasil perhitungan AMR. Dalam mengukur kinerja masa lalu, return geometrik juga dapat memberikan hasil yang lebih tepat.

Dengan data yang sama dengan yang digunakan pada simulasi metode AMR, contoh perhitungan dengan menggunakan metode GMR adalah sebagai berikut:

(1+20%) x (1=25%) x (1+15%)

Hasilnya kemudian diakar pangkat 3 (sesuai jumlah tahun), lalu dikurangi 1. Hasil yang diperoleh adalah 19.9305%.

Pusing? Tenang saja, seiring waktu kamu akan terbiasa dengan metode-metode perhitungan tersebut. Namun, ada yang lebih penting dari kemampuan menghitung pendapatan investasi, yakni menentukan tempat membeli investasi yang aman, tepercaya, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Betul sekali, kalo ini sih ga usah susah-susah nyarinya, ada di sini.

Ajaib merupakan salah satu platform investasi yang dapat membantu kamu memulai investasi kapan dan di mana saja secara online. Di sini, kamu bisa memilih instrumen investasi reksa dana maupun saham. Semuanya bisa kamu pilih sesuai dengan tujuan investasi kamu. Jika kamu memilih jenis investasi reksa dana, kamu bisa menjadikan investasi ini sebagai investasi aman untuk memenuhi tujuan jangka panjang.

Sedangkan, bagi kamu yang ingin memilih investasi dengan return tinggi dan berani ambil risiko tinggi, kami bisa memilih investasi saham. Jadi tunggu apalagi? Investasi sekarang di Ajaib!

Artikel Terkait